::-webkit-scrollbar {height:12px;width: 12px;background: #ffffff;} ::-webkit-scrollbar-thumb {background-color: #8C8C8C;-moz-border-radius: 10px;border-radius: 10px;}

Glomerulonefritis

Senin, 19 November 2012

Glomerulonefritis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Tiap ginjal mengandung ± 1 juta nefron (glomerulus dan tubulus yang berhubungan dengannya ). Pada manusia, pembentukan nefron selesai pada janin 35 minggu. Nefron baru tidak dibentuk lagi setelah lahir. Perkembangan selanjutnya adalah hipertrofi dan hiperplasia struktur yang sudah ada disertai maturasi fungsional. Tiap nefron terdiri dari glomerulus dan kapsula bowman, tubulus proksimal, anse henle dan tubulus distal. Glomerulus bersama dengan kapsula bowman juga disebut badan maplphigi. Pada glomerulus normal kapilernya bersifat impermeable terhadap protein plasma yang lebih besar terhadap besar dan permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen, namun tidak demikian dalam keadaan tertentu seperti glomerulonefritis.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal. Oleh karena itu pada kesempatan ini kelompok akan membahas mengenai asuhan keperawatan pasien dengan glomerulonefritis dengan harapan dapat menambah pengetahuan para pembaca terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKES ICME JOMBANG.
1.2  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk mengetahui definisi, penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan farmakologis maupun nonfarmakologis, komplikasi dari glomerulonefritis serta konsep askep sehingga di harapkan kelak mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan glomerulonefritis secara komprehensif.
1.3  Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat dijadikan mahasiswa sebagai sumber informasi serta dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan, khususnya untuk mahasiswa S1 ilmu keperawatan STIKES ICME Jombang dan dapat dijadikan sebagai suatu materi latihan dalam pemberian asuhan keperawatan pasien dengan glomerulonefritis.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam  penyakit  ginjal  yang  mengalami  proliferasi  dan  inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut  (glomerulonefritis  akut) mencerminkan  adanya  korelasi  klinik  selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis( http://www.scribd.com/doc/28835757/Askep-Glumorulonefritis)
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun. (Mansjoer, Arif.dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI).
Glomerulonefritis kronik adalah suatu gejala yang menggambarkan penyakit peradangan pada glomerulos tahap akhir, yang ditandai dengan kerusakan glomerulos secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang perkembangannya perlahan – lahan dan membahayakan serta berlangsung lama (10 – 30 tahun).
2.1.2 Etiologi
1. Infeksi
Infeksi streptokokus terjadi sekitar 5-10 % pada orang dengan radang tenggorokan dan 25 % pada mereka dengan infeksi kulit. Penyebab nonstreptokokus, meliputi bakteri, virus, parasit.


2. Non infeksi
Penyakit sistemik multisistem, sperti pada SLE, vaskulitis, granulomatosis Wegener, dan kondisi sindrom Guillain-Barre.( Muttaqin,Arif.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika).
2.1.3.Manifestasi klinis
Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi tidak jarang anak datang dengan gejala berat.. Kerusakan pada rumbai kapiler gromelurus mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging dan albuminuria, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Urine mungkin tampak kemerah-merahan atau seperti kopi Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau di seluruh tubuh.
Umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal jantung. Edema yang terjadi berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR) yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita, biasanya menurun (meskipun aliran plasma ginja biasanya normal) akibatnya, ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita, meskipun edema paling nyata dibagian anggota bawah tubuh ketika menjelang siang. Derajat edema biasanya tergantung pada berat peradangan glomeurulus, apakah disertai dnegan payah jantung kongestif, dan seberapa cepat dilakukan pembatasan garam.
Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama, kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal kembali. Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan penyakitnya menjadi kronis. Suhu badan tidak beberapa tinggi, tetapi dapat tinggi sekali pada hari pertama. Kadang-kadang gejala panas tetap ada, walaupun tidak ada gejala infeksi lain yang mendahuluinya. Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare tidak jarang menyertai penderita GNA. Hipertensi selalu terjadi meskipun peningkatan tekanan darah mungkin hanya sedang. Hipertensi terjadi akibat ekspansi volume cairan ekstrasel (ECF) atau akibat vasospasme masih belum diketahui dengna jelas.




2.1.5. Komplikasi
1.      Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2.      Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3.      Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan sajadisebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4.      Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.
2.1.6. Penatalaksanaan
1.      Farmakologis
Pengobatan glomerulonefritis yang ideal sebbenarnya mempunyai dua tujuan, yaitu untuk mengatasi peradangan akut dan menghambat progresifitas pembentukan fibrosis. Berbagai pengobatan telah dilakukan untuk mengatasi proses peradangan pada fase akut, Obat yang digunakan untuk menekan proses peradangan adalah mikofenolat mofetil, rapamycin, anti-molekul adhesi, anti-sitokin inflamasi, antibodi monoklonal anti-CD20, dan anti-siklooksigenase-2.
Obat yang dapat menghambat progresivitas fibrosis glomerulus adalah antagonis angiotensin II dan pirfenidone. Pengembangan obat baru untuk mengatasi peradangan dan mencegah fibrosis pada glomerulonefritis, diharapkan dapat mencegah terjadinya gagal ginjal terminal pada anak (Sari Pediatri 2007; 9(10):1-6).
Siklofosfamid,Kloramburit dan azotropin mempercepat efek anti proliferan dan dapat menekan inflamasi glomerulus.Pada GNLNM,prednison dosis 0,5-1 mg/Kg berat badan/hari selama 6-8 minggu. Kemudian diturunkan secara bertahap dapat digunakan untuk pengobatan pertama.
Pada Glomerulosklerosis fokal Segmental(GSFS),kartikosteroid dapat diberikan dengan dosis yang sama sampai 6 bulan dan dosis diturunkan setelah 3 bulan pengobatan.Prednisolon diturunkan 1/2 dosis 1 minggu setelah remisi / 4-6 minggu.Kemudia dosis diturunkan bertahap selama 4-6 minggu agar pengobatan steroid mencapai 4 bulan
2.      NonFarmakologis
Pengobatan spesifik pada glomerulonefritis ditunjukkan terhadap penyebab sedangkan nonspesifik untuk menghambat progresivitas penyakit.Pemantauan klinik yang regular,kontrol tekanan darah dan proteinuria dengan menghambat enzim konversi angiotensin(ACEI) atau antagonis reseptor ang-II terbukti bermanfaat pengaturan asupan protein dan kontrol kadar lemak darah dapat membantu progresivitas Glomerulonefritis.
Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Anamnesa
Pengumpulan data subjektif maupun objektif pada gangguan system perkemihan sehubungan dengan glomerulonefritis tergantung dari tingkat kerusakan glomerulus.
I.                   Identias
Idenitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal, dan jam masuk rumah sakit, nomor register, asuransi kesehatan, dan diagnosa medis.
II.                Keluhan Utama MRS
Keluhhan utama yang sering menjadi alasan klien atau keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan adalah adanya gejala dan tanda urine tampak kemerah-merahan atau seperti kopi, sakit saat kencing.
III.             Keluhan Penyakit Sekarang
Meliputi:  keluhan/gangguan yang berhubungan dengan penyakit saat ini. Seperti : mendadak nyeri abdomen, nyeri pinggang, edema.
IV.             Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang peru ditanyakan meliputi adanya riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak, riwayat pernahkah mengalami glomerulonefritis sebelumnya, riwayat infeksi saluran pernapasan atas akibat strepkokus beta hemolitik golongan A, hipertensi, dan riwayat alergi.
V.                Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah yang menderita penyakit glomerulonefritis sebelumnya.
VI.             Riwayat Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang di gunakan klien dan keluarga ( orang tua) untuk menilai respons terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari- hari baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul ketakutan akan keacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.Perspekif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran social klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sisem dukungan individu.
Pemeriksaan Fisik
B1(Breathing)
Pada fase akut biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan napas walau secara frekuensi mengalami peningkatan.Pada fase lanjut sering didapat gangguan pola napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan adanya sindrom uremia, bunyi napas ronkhi biasanya di dapatkan pada kedua paru.
B2 (Blood)
Salah satu tanda khas glomerulonefritis adalah peningkatan tekanan darah sekunder dari retensi natrium dan air yang memberikan dampak pada fungsi system kardiovaskuler dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya beban sirkulasi. Pada kondisi azotemia berat, pada auskultasi perawat akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pleura pericardial sekunder dari sindrom uremik.
Pada kondisi kronik akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya beban sirkulasi. Pangkal vena mengalami distensi akibat distensi cairan yang berlebihan.Irama gallop, tanda gagal jantung kongestif dapat terjadi.
B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, dan mukosa mulut tidak mengalami peradangan. Status neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkatparahnya azotemia pada sistem saraf pusat. Pasien beresiko kejang sekunder berhubungan dengan gangguan elektrolit.
Pada fase kronik klien mengalami konfusi dan memperlihatkan rentang perhatian yang menyempit. Temuan pada retina mencakup hemoragi, adanya eksudat,arteriol menyempit dan berliku-liku, serta papiledema. Neuropati perifer disertai hilangnya reflex tendon dan perubahan neurosensori muncul setelah penyakit terjadi. Pasien beresiko kejang sekunder gangguan elektrolit.
B4 (Bladder)
1.      Inspeksi
Terdapat edema pada ektremitas dan wajah, perubahan warna urine berwarna kola dari proteinuri, silinderuri, dan hematuri.
2.      Palpasi
Didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada area kostovertbra.
3.      Perkusi
Perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus nyeri ringan local disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
Pada fase kronik biasanya akan didapatkan tanda dan gejala insufisiensi renal dan ginjal kronik, penurunan jumlah urine sampai anuria.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
Pada fase kronik bias ditemukan diare sekunder, bau mulut ammonia, pradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari edema tungkai atau edema wajah terutama periorbital, anemia, dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi. Pada fase kronik klien tampak sangat kurus, pigmen kulit tampak kuning keabu-abuan, terjadi edema perifer(dependen) dan periorbital. Didapatkan nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, kulit gatal, dan adanya infeksi berulang. Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit, dan keterbatasan gerak. Didapatkan adanaya kelemaham fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.                                                                                                                                                                                                                            
2.2.2.Diagnosa Keperawatan(NANDA)
1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perubahan mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas dinding glomerolus
2.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelmahan fisik
3.      Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang dan hilangnya protein.
4.      Nyeri Akut berhubungan dengan respons inflamasi lokal
5.      Ansietas berhubunga dengan respons psikologis
6.      Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung
7.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan respons asidosis metabolik
8.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi
9.      Resiko cedera berhubungan dengan anemia
2.2.3.Intervensi
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Kelebihan volume cairan b/d perubahan mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas dinding glomerolus.

Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
-          Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
-          Asupan berlebihan dibanding output
-          Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
-          Distensi vena jugularis
-          Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
-          Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis
-          Suara jantung SIII
-          Reflek hepatojugular positif
-          Oliguria, azotemia
-          Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan

Faktor-faktor yang berhubungan :
-          Mekanisme pengaturan melemah
-          Asupan cairan berlebihan
-          Asupan natrium berlebihan
NOC :
  Electrolit and acid base balance
  Fluid balance
  Hydration
Kriteria Hasil:
  Terbebas dari edema, efusi, anaskara
  Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
  Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
  Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal
  Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
  Menjelaskanindikator kelebihan cairan
NIC :
Fluid management
         Timbang popok/pembalut jika diperlukan
         Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
         Pasang urin kateter jika diperlukan
         Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
         Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
         Monitor vital sign
         Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
         Kaji lokasi dan luas edema
         Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
         Monitor status nutrisi
         Kolaborasikan pemberian diuretik sesuai indikasi
         Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
         Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk


Fluid Monitoring
         Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
         Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
         Monitor berat badan
         Monitor serum dan elektrolit urine
         Monitor serum dan osmilalitas urine
         Monitor BP, HR, dan RR
         Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
         Monitor parameter hemodinamik infasif
         Catat secara akutar intake dan output
         Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
         Monitor tanda dan gejala dari odema
         Beri obat yang dapat meningkatkan output urin

2
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.

Batasan karakteristik :
a.       melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
b.       Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
c.        Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d.       Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :
         Tirah Baring atau imobilisasi
         Kelemahan menyeluruh
         Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
         Gaya hidup yang dipertahankan.
NOC :
  Energy conservation
  Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :
Energy Management
  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
  Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
  Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
  Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
   
Activity Therapy
  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
3
Nyeri akut berhubungan dengan respons inflamasi lokal
Definisi : Pengalaman sensori serta mosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (Internasional Association for the Study of Pain);awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
-          Mengucapkan secara verbal atau melaporkan secara isyarat.
-          posisi menghindari nyeri
(epfokus menyempit,respon autonomik(diaforesis,tekanan darah,pernapasan,perupahan nadi, dilatasi pupil),ekspresi gelisah,menyeringai,menangis

Faktor yang berhubungan :
-        agen-agen yang menyebabkan cedera misalnya biologis,kimia,fisik,psikologis 
NOC : acute pain
Kriteria Hasil :
  pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan,menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepat,melaporkan ksejahteraan fisik dan psikologis
NIC :
Pemberian analgesic,penggunaan agen agen farmakologis untuk mengurangi nyeri.
njurkan pasien untuk menggunakan
4
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang kurang dan hilangnya protein
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :
-    Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
-    Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
-    Membran mukosa dan konjungtiva pucat
-    Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
-    Luka, inflamasi pada rongga mulut
-    Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
-    Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
-    Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
-    Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
-    Miskonsepsi
-    Kehilangan BB dengan makanan cukup
-    Keengganan untuk makan
-    Kram pada abdomen
-    Tonus otot jelek
-    Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
-    Kurang berminat terhadap makanan
-    Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
-    Diare dan atau steatorrhea
-    Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
-    Suara usus hiperaktif
-    Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
NOC :
  Nutritional Status : food and Fluid Intake
  Nutritional Status : nutrient Intake
  Weight control
Kriteria Hasil :
  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
  Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
  Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
  Tidk ada tanda tanda malnutrisi
  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition Management
  Kaji adanya alergi makanan
  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
  Berikan substansi gula
  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
  BB pasien dalam batas normal
  Monitor adanya penurunan berat badan
  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
  Monitor lingkungan selama makan
  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
  Monitor turgor kulit
  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
  Monitor mual dan muntah
  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
  Monitor makanan kesukaan
  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
  Monitor kalori dan intake nuntrisi
  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
5
Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
        Gelisah
        Insomnia
        Resah
        Ketakutan
        Sedih
        Fokus pada diri
        Kekhawatiran
        Cemas
NOC :
  Anxiety control
  Coping
Kriteria Hasil :
  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
  Vital sign dalam batas normal
  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
         Gunakan pendekatan yang menenangkan
         Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
         Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
         Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
         Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
         Dorong keluarga untuk menemani anak
         Lakukan back / neck rub
         Dengarkan dengan penuh perhatian
         Identifikasi tingkat kecemasan
         Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
         Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
         Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
         Barikan obat untuk mengurangi kecemasan



 
2.2.4.Implentasi
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perubahan mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas dinding glomerolus
a. Observasi tanda vital tiap 2 jam
b. Kaji status cairan, observasi intake dan output
c. Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan cairan
d. Timbang BB tiap hari pada waktu, alat dan pakaian yang sama
e. Observasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit, darah (kalium dan natrium)
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelmahan fisik
a.         Kaji aktivitas yang biasa dilakukan Pasien setiap hari
b.         Anjurkan pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
c.         Bantu aktivitas yang belum dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
d.         Batasi aktivitas pasien selama di rawat
3.      Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang dan hilangnya protein.
a.       Catat pemasukan makanan setiap kali habis makan
b.      Catat gejala yg timbul stlh makan, seperti: mual muntah
c.       Kaji pola dan kebiasaan makan pasien
d.      Sajikan makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering
2.2.5.Evaluasi
1. Intake dan output cairan seimbang.
2. Tidak ada udema.
3. Tanda-tanda vital : Normal
4. Kadar elektrolit darah normal.
5. Tidak ada mual, muntah.
6. Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
7. Tahan terhadap aktivitas tanpa ada kelelahan.


Daftar Pustaka

-          Hilmanto,Danny.2007.Pandangan Baru Pengobatan Glomerulonefritis.Ikatan Dokter Anak Indonesia
-          Muttaqin,Arif.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika.
-          NANDA,Diagnoses and Classification 2005-2006,alih bahasa: Budi Santosa.Jakarta :Prima Medika.
-          Wilkinson, M Judith.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan NIC NOC.Jakarta : EGC.
-          http://www.scribd.com/doc/28835757/Askep-Glumorulonefritis.diakses tanggal 28 september 2012 pukul 19.05 WIB.