BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Tiap ginjal mengandung ± 1 juta nefron (glomerulus dan
tubulus yang berhubungan dengannya ). Pada manusia, pembentukan nefron selesai
pada janin 35 minggu. Nefron baru tidak dibentuk lagi setelah lahir.
Perkembangan selanjutnya adalah hipertrofi dan hiperplasia struktur yang sudah
ada disertai maturasi fungsional. Tiap nefron terdiri dari glomerulus dan
kapsula bowman, tubulus proksimal, anse henle dan tubulus distal. Glomerulus
bersama dengan kapsula bowman juga disebut badan maplphigi. Pada glomerulus normal
kapilernya bersifat impermeable terhadap protein plasma yang lebih besar
terhadap besar dan permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti
elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen, namun tidak demikian dalam
keadaan tertentu seperti glomerulonefritis.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi
glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan
yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang
lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal
bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai
proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi
seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal
ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827
sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi,
meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien
yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat
di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%),
Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara
mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena
tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit dan berwarna
merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh
spontan, 10%
menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal. Oleh karena itu pada kesempatan ini
kelompok akan membahas mengenai asuhan
keperawatan pasien dengan glomerulonefritis dengan
harapan dapat menambah pengetahuan para pembaca terkhusus untuk mahasiswa
program studi S1 Keperawatan STIKES ICME JOMBANG.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk mengetahui
definisi, penyebab, tanda dan gejala,
penatalaksanaan farmakologis maupun nonfarmakologis,
komplikasi dari glomerulonefritis serta konsep askep sehingga di harapkan kelak
mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
glomerulonefritis secara komprehensif.
1.3 Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat dijadikan mahasiswa sebagai sumber
informasi serta dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan, khususnya untuk
mahasiswa S1 ilmu keperawatan STIKES ICME Jombang dan dapat dijadikan sebagai
suatu materi latihan dalam pemberian asuhan keperawatan pasien dengan
glomerulonefritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Glomerulonefritis merupakan
suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit
ginjal yang mengalami
proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya
korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis( http://www.scribd.com/doc/28835757/Askep-Glumorulonefritis)
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri
atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun. (Mansjoer, Arif.dkk, 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed.3. Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius. FKUI).
Glomerulonefritis kronik adalah suatu gejala yang
menggambarkan penyakit peradangan pada glomerulos tahap akhir, yang ditandai
dengan kerusakan glomerulos secara progresif lambat akibat glomerulonefritis
yang perkembangannya perlahan – lahan dan membahayakan serta berlangsung lama
(10 – 30 tahun).
2.1.2 Etiologi
1. Infeksi
Infeksi streptokokus terjadi
sekitar 5-10 % pada orang dengan radang tenggorokan dan 25 % pada mereka dengan
infeksi kulit. Penyebab nonstreptokokus, meliputi bakteri, virus, parasit.
2. Non infeksi
Penyakit sistemik multisistem,
sperti pada SLE, vaskulitis, granulomatosis Wegener, dan kondisi sindrom
Guillain-Barre.( Muttaqin,Arif.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika).
2.1.3.Manifestasi klinis
Gambaran
klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi tidak jarang
anak datang dengan gejala berat.. Kerusakan pada rumbai kapiler gromelurus
mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging dan albuminuria, seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya. Urine mungkin tampak kemerah-merahan atau
seperti kopi Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata
atau di seluruh tubuh.
Umumnya
edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal jantung. Edema yang
terjadi berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR) yang
mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang,
sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan
pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah
terutama edem periorbita, biasanya menurun (meskipun aliran plasma ginja
biasanya normal) akibatnya, ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin
berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat
juga berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema
pada wajah terutama edem periorbita, meskipun edema paling nyata dibagian
anggota bawah tubuh ketika menjelang siang. Derajat edema biasanya tergantung
pada berat peradangan glomeurulus, apakah disertai dnegan payah jantung
kongestif, dan seberapa cepat dilakukan pembatasan garam.
Hipertensi
terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama, kemudian pada akhir
minggu pertama menjadi normal kembali. Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal,
maka tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi
permanen bila keadaan penyakitnya menjadi kronis. Suhu badan tidak beberapa
tinggi, tetapi dapat tinggi sekali pada hari pertama. Kadang-kadang gejala
panas tetap ada, walaupun tidak ada gejala infeksi lain yang mendahuluinya.
Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare
tidak jarang menyertai penderita GNA. Hipertensi selalu terjadi meskipun
peningkatan tekanan darah mungkin hanya sedang. Hipertensi terjadi akibat
ekspansi volume cairan ekstrasel (ECF) atau akibat vasospasme masih belum diketahui
dengna jelas.
1. Oliguria sampai anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran
seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia
dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak,
namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan
gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan,
pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal
dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne,
terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang
bukan sajadisebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung
akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya
hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.
2.1.6. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Pengobatan glomerulonefritis yang
ideal sebbenarnya mempunyai dua tujuan,
yaitu untuk mengatasi peradangan akut dan menghambat progresifitas pembentukan
fibrosis. Berbagai pengobatan telah dilakukan untuk mengatasi proses peradangan
pada fase akut, Obat yang digunakan untuk menekan proses peradangan adalah
mikofenolat mofetil, rapamycin, anti-molekul adhesi, anti-sitokin inflamasi,
antibodi monoklonal anti-CD20, dan anti-siklooksigenase-2.
Obat yang dapat menghambat
progresivitas fibrosis glomerulus adalah antagonis angiotensin II dan
pirfenidone. Pengembangan obat baru untuk mengatasi peradangan dan mencegah
fibrosis pada glomerulonefritis, diharapkan dapat mencegah terjadinya gagal
ginjal terminal pada anak (Sari Pediatri 2007; 9(10):1-6).
Siklofosfamid,Kloramburit
dan azotropin mempercepat efek anti proliferan dan dapat menekan inflamasi
glomerulus.Pada GNLNM,prednison dosis 0,5-1 mg/Kg berat badan/hari selama 6-8
minggu. Kemudian diturunkan secara bertahap dapat digunakan untuk
pengobatan pertama.
Pada
Glomerulosklerosis fokal Segmental(GSFS),kartikosteroid dapat diberikan dengan
dosis yang sama sampai 6 bulan dan dosis diturunkan setelah 3 bulan
pengobatan.Prednisolon diturunkan 1/2 dosis 1 minggu setelah remisi / 4-6
minggu.Kemudia dosis diturunkan bertahap selama 4-6 minggu agar pengobatan
steroid mencapai 4 bulan
2.
NonFarmakologis
Pengobatan
spesifik pada glomerulonefritis ditunjukkan terhadap penyebab sedangkan
nonspesifik untuk menghambat progresivitas penyakit.Pemantauan klinik yang regular,kontrol
tekanan darah dan proteinuria dengan menghambat enzim konversi
angiotensin(ACEI) atau antagonis reseptor ang-II terbukti bermanfaat pengaturan
asupan protein dan kontrol kadar lemak darah dapat membantu progresivitas
Glomerulonefritis.
Istirahat
mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8 minggu
untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan
terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai
timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
Pada
fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1
g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan
biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka
diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi
pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi
seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang
diberikan harus dibatasi.
2.2.1. Pengkajian
Anamnesa
Pengumpulan
data subjektif maupun objektif pada gangguan system perkemihan sehubungan
dengan glomerulonefritis tergantung dari tingkat kerusakan glomerulus.
I.
Identias
Idenitas klien, meliputi nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal, dan jam masuk rumah sakit, nomor register, asuransi kesehatan, dan
diagnosa medis.
II.
Keluhan Utama MRS
Keluhhan utama yang sering menjadi
alasan klien atau keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan adalah adanya
gejala dan tanda urine tampak kemerah-merahan atau seperti kopi, sakit saat
kencing.
III.
Keluhan Penyakit
Sekarang
Meliputi: keluhan/gangguan
yang berhubungan dengan penyakit saat ini. Seperti : mendadak
nyeri abdomen, nyeri pinggang, edema.
IV.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian
yang peru ditanyakan meliputi adanya riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak,
riwayat pernahkah mengalami glomerulonefritis sebelumnya, riwayat infeksi saluran
pernapasan atas akibat strepkokus beta hemolitik golongan A, hipertensi, dan
riwayat alergi.
V.
Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah yang menderita penyakit glomerulonefritis
sebelumnya.
VI.
Riwayat
Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang di
gunakan klien dan keluarga ( orang tua) untuk menilai respons terhadap penyakit
yang diderita dan perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari- hari baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu
timbul ketakutan akan keacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal.Perspekif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua
masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam
hubungannya dengan peran social klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung
adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sisem dukungan individu.
Pemeriksaan
Fisik
B1(Breathing)
Pada
fase akut biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan napas
walau secara frekuensi mengalami peningkatan.Pada fase lanjut sering didapat
gangguan pola napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap edema
pulmoner dan adanya sindrom uremia, bunyi napas ronkhi biasanya di dapatkan
pada kedua paru.
B2 (Blood)
Salah
satu tanda khas glomerulonefritis adalah peningkatan tekanan darah sekunder
dari retensi natrium dan air yang memberikan dampak pada fungsi system
kardiovaskuler dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya
beban sirkulasi. Pada kondisi azotemia berat, pada auskultasi perawat akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pleura
pericardial sekunder dari sindrom uremik.
Pada
kondisi kronik akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya beban
sirkulasi. Pangkal vena mengalami distensi akibat distensi cairan yang
berlebihan.Irama gallop, tanda gagal jantung kongestif dapat terjadi.
B3 (Brain)
Didapatkan
edema wajah terutama periorbital, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, dan
mukosa mulut tidak mengalami peradangan. Status neurologis mengalami perubahan
sesuai dengan tingkatparahnya azotemia pada sistem saraf pusat. Pasien beresiko
kejang sekunder berhubungan dengan gangguan elektrolit.
Pada
fase kronik klien mengalami konfusi dan memperlihatkan rentang perhatian yang
menyempit. Temuan pada retina mencakup hemoragi, adanya eksudat,arteriol
menyempit dan berliku-liku, serta papiledema. Neuropati perifer disertai
hilangnya reflex tendon dan perubahan neurosensori muncul setelah penyakit
terjadi. Pasien beresiko kejang sekunder gangguan elektrolit.
B4 (Bladder)
1. Inspeksi
Terdapat edema pada ektremitas dan wajah, perubahan
warna urine berwarna kola dari proteinuri, silinderuri, dan hematuri.
2. Palpasi
Didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada area
kostovertbra.
3.
Perkusi
Perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus
nyeri ringan local disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
Pada fase kronik biasanya akan
didapatkan tanda dan gejala insufisiensi renal dan ginjal kronik, penurunan
jumlah urine sampai anuria.
B5 (Bowel)
Didapatkan
adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan
intake nutrisi dari kebutuhan.
Pada
fase kronik bias ditemukan diare sekunder, bau mulut ammonia, pradangan mukosa
mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake
nutrisi dari kebutuhan.
B6 (Bone)
Didapatkan
adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari edema tungkai atau edema wajah
terutama periorbital, anemia, dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
Pada fase kronik klien tampak sangat kurus, pigmen kulit tampak kuning
keabu-abuan, terjadi edema perifer(dependen) dan periorbital. Didapatkan nyeri
panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, kulit gatal, dan adanya infeksi
berulang. Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada
kulit, dan keterbatasan gerak. Didapatkan adanaya kelemaham fisik secara umum
sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
2.2.2.Diagnosa Keperawatan(NANDA)
1.
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan perubahan mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas
dinding glomerolus
2.
Intoleran aktivitas berhubungan
dengan kelmahan fisik
3.
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang dan
hilangnya protein.
4.
Nyeri Akut berhubungan dengan
respons inflamasi lokal
5.
Ansietas berhubunga dengan
respons psikologis
6.
Perfusi jaringan tidak efektif
berhubungan dengan penurunan curah jantung
7.
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan respons asidosis metabolik
8.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
hospitalisasi
9.
Resiko cedera berhubungan
dengan anemia
2.2.3.Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan Dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Kelebihan
volume cairan b/d perubahan mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas
dinding glomerolus.
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
-
Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
-
Asupan berlebihan dibanding output
-
Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
-
Distensi vena jugularis
-
Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal
(Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
-
Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat
jenis
-
Suara jantung SIII
-
Reflek hepatojugular positif
-
Oliguria, azotemia
-
Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor yang berhubungan :
-
Mekanisme pengaturan melemah
-
Asupan cairan berlebihan
-
Asupan natrium berlebihan
|
NOC
:
Electrolit and acid base balance
Fluid balance
Hydration
Kriteria
Hasil:
Terbebas dari edema, efusi,
anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak ada
dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular (+)
Memelihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal
Terbebas dari
kelelahan, kecemasan atau kebingungan
Menjelaskanindikator kelebihan
cairan
|
NIC
:
Fluid
management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
CVP , edema, distensi vena leher, asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
Monitor status nutrisi
Kolaborasikan pemberian diuretik sesuai indikasi
Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid
Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
jantung
Monitor parameter hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan output
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema
Beri obat yang dapat meningkatkan output urin
|
2
|
Intoleransi
aktivitas b/d kelemahan fisik
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun
psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau
aktifitas sehari hari.
Batasan
karakteristik :
a.
melaporkan
secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
b.
Respon
abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
c.
Perubahan
EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d.
Adanya
dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Faktor
factor yang berhubungan :
Tirah
Baring atau imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya
hidup yang dipertahankan.
|
NOC
:
Energy conservation
Self Care : ADLs
Kriteria
Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
NIC
:
Energy
Management
Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
Dorong anak
untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor
nutrisi dan sumber energi tangadekuat
Monitor
pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola
tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity
Therapy
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
|
3
|
Nyeri akut berhubungan dengan respons inflamasi lokal
Definisi : Pengalaman sensori
serta mosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti
kerusakan (Internasional Association
for the Study of Pain);awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
-
Mengucapkan secara verbal atau melaporkan secara isyarat.
-
posisi menghindari nyeri
(epfokus
menyempit,respon autonomik(diaforesis,tekanan darah,pernapasan,perupahan
nadi, dilatasi pupil),ekspresi gelisah,menyeringai,menangis
Faktor yang berhubungan :
- agen-agen
yang menyebabkan cedera misalnya biologis,kimia,fisik,psikologis
|
NOC : acute pain
Kriteria Hasil :
pasien akan
menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan,menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan
nonanalgesik secara tepat,melaporkan ksejahteraan fisik dan psikologis
|
NIC
:
Pemberian
analgesic,penggunaan agen agen farmakologis untuk mengurangi
nyeri.
njurkan
pasien untuk menggunakan
|
4
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang kurang dan
hilangnya protein
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk
keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan
20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan
adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran
mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan
otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka,
inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan
atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan
adanya perubahan sensasi rasa
-
Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
-
Miskonsepsi
-
Kehilangan BB dengan makanan cukup
-
Keengganan untuk makan
-
Kram pada abdomen
-
Tonus otot jelek
-
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
-
Kurang berminat terhadap makanan
-
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
-
Diare dan atau steatorrhea
-
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara
usus hiperaktif
- Kurangnya
informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau
ekonomi.
|
NOC
:
Nutritional Status : food and
Fluid Intake
Nutritional Status : nutrient
Intake
Weight control
Kriteria
Hasil :
Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
Beratbadan ideal sesuai dengan
tinggi badan
Mampumengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
Tidk ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi
penurunan berat badan yang berarti
|
NIC
:
Nutrition
Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet
yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan
makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat
badan
Monitor tipe
dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor
interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit
kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar
albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika
lidah berwarna magenta, scarlet
|
5
|
Kecemasan berhubungan dengan kurang
pengetahuan dan hospitalisasi
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas
dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan
disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan
adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil
langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
|
NOC
:
Anxiety control
Coping
Kriteria
Hasil :
Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
|
NIC
:
Anxiety
Reduction (penurunan kecemasan)
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
|
2.2.4.Implentasi
1. Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan perubahan mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas
dinding glomerolus
a.
Observasi tanda vital tiap 2 jam
b.
Kaji status cairan, observasi intake dan output
c.
Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan cairan
d.
Timbang BB tiap hari pada waktu, alat dan pakaian
yang sama
e.
Observasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit,
darah (kalium dan natrium)
2. Intoleran aktivitas
berhubungan dengan kelmahan fisik
a.
Kaji aktivitas yang
biasa dilakukan Pasien setiap hari
b.
Anjurkan pasien
melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
c.
Bantu aktivitas yang
belum dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
d.
Batasi aktivitas pasien
selama di rawat
3.
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang dan
hilangnya protein.
a. Catat
pemasukan makanan setiap kali habis makan
b. Catat
gejala yg timbul stlh makan, seperti: mual muntah
c. Kaji
pola dan kebiasaan makan pasien
d. Sajikan
makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering
2.2.5.Evaluasi
1. Intake dan output cairan seimbang.
2. Tidak ada udema.
3. Tanda-tanda vital : Normal
4. Kadar elektrolit darah
normal.
5. Tidak ada mual, muntah.
6. Pasien dapat
menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
7. Tahan terhadap
aktivitas tanpa ada kelelahan.
Daftar
Pustaka
-
Hilmanto,Danny.2007.Pandangan
Baru Pengobatan Glomerulonefritis.Ikatan Dokter Anak Indonesia
-
Muttaqin,Arif.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika.
-
NANDA,Diagnoses
and Classification 2005-2006,alih bahasa: Budi Santosa.Jakarta :Prima Medika.
-
Wilkinson,
M Judith.2007.Buku Saku Diagnosa
Keperawatan NIC NOC.Jakarta : EGC.
-
http://www.scribd.com/doc/28835757/Askep-Glumorulonefritis.diakses tanggal 28 september 2012 pukul 19.05 WIB.
-
http://asuhan-keperawatanku.blogspot.com/2011/10/glomerulonefritis-kronis.html.
diakses
tanggal 28 september 2012 pukul 19.05 WIB.